Sosiologi

TATANAN & PENGENDALIAN SOSIAL

 

Mikrososiologi : mempelajari situasi, sudut pandang sehari-hari, mengaitkan struktur dengan prilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari

Mesososiologi : mempelajari organisasi, tatanan masyarakat

Makrososiologi : mempelajari struktur, proses sosial dalam jangka panjang dan skala besar, keterkaitan struktur dengan institusi, pola hubungan antar kelompok manusia.

 

Idea Masyarakat Teratur

v  Setiap masyarakat mendambakan rasa tenang

v  Kondisi tersebut disebabkan masyarakat mematuhi nilai dan norma sosial

v  Masyarakat melaksanakan kewajibannya dan mendapatkan hak nya menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku

 

Perilaku Menyimpang

v  Perilaku yang menimbulkan gangguan atau ketidaksesuaian

v  Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial

v  Individu atau kelompok yang menyimpang dari nilai dan norma umum yang berlaku

 

Menciptakan Pengendali

v  Agar masyarakat tetap teratur sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku

v  Pelanggaran pasti ada dan terjadi, pengendali dalam rangka tetap memelihara keberadaan nilai dan norma

v  Secara umum pengendali adalah setiap orang yang menggunakan nilai dan norma yang berlaku

 

Keteraturan Sosial

v  Tertib sosial: aman, dinamis, teratur

v  Order: sistem norma dan nilai nilai sosial yang ada di masyarakat

v  Keajegan: nilai dannorma berlaku secara tetap dan menjadi pedoman perilaku

v  Pola: aktivitas aktivitas masyarakat yang teratur dan telah terlihat pola kehidupan tertentu yang tertib dan ada keajegan

 

PENGERTIAN PENGENDALIAN SOSIAL

Pengendalian sosial adalah segala proses baik direncanakan atau tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku (Joseph S Roucek)

 

Pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang menyimpang (Peter Berger)

Pengendalian sosial dalah cara cara atau metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kehendak kelompok atau masyarakat (Bruce J Cohen)

 

LEMBAGA PENGENDALIAN SOSIAL

Keluarga

Lembaga Penegak Hukum

– Pengadilan

– Kejaksaan

– Kepolisian

Lembaga Pendidikan

Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga Keagamaan

 

CARA PENGENDALIAN SOSIAL

 

Teknik Pengendalian Sosial

v  Compulsion (Paksaan)

v  Pervasion (Pengisian)

 

Sifat-sifat Pengendalian Sosial

v  Pengendalian sosial bersifat preventif

v  Pengendalian sosial bersifat represif

v  Pengendalian sosial bersifat gabungan

 

Teknik Pengendalian Sosial

Compulsion (paksaan) : Keadaan yang sengaja diciptakan sehingga seseorang terpaksa menuruti atau mengubah sifatnya, dan menghasilkan suatu kepatuhan yang sifatnya tidak langsung. Contoh: mengurangi atau mencegah tindak pencurian diterapkan hukuman kurungan

 

Pervasion (Pengisian) : Pengendalian dengan cara penanaman atau pengenalan norma secara berulang ulang sehingga menimbulkan kesan mendalam yang selalu diingat. Contoh: penataran atau penerangan berulang ulang tentang bahaya narkoba dan aids

 

Sifat Pengendalian: Pengendalian Preventif

Pengendalian dalam bentuk pencegahan terjadinya penyimpangan, pelanggaran atau berkaibat negatif lainnya

Contoh: razia perlengkapan pengendara motor, untuk menekan terjadinya kecelakaan

 

Pengendalian Represif

Pengendalian dalam bentuk penindakan terhadap pelanggar

Contoh: denda bagi wajib pajak yang terlambar membayar kewajibannya

 

Pengendalian gabungan

Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan (preventif) sekaligus mengembalikan penyimpangan yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial (represif). Usaha pengendalian dengan memadukan ciri preventif dan represif ini dimaksudkan agar suatu perilaku tidak sampai menyimpang dari norma-norma dan kalaupun terjadi penyimpangan itu tidak sampai merugikan yang bersangkutan maupun orang lain.

 

Upaya Pengendalian Sosial

Menurut Koentjaraningrat terdapat lima upaya pengendalian sosial, yaitu :

v  Mempertebal keyakinan masyarakat akan kebaikan adat istiadat.

v  Memberi penghargaan kepada warga masyarakat yang memenuhi adat istiadat.

v  Mengembangkan rasa malu dalam jiwa raga masyarakat.

v  Mengembangkan rasa takut pada masyarakat yang hendak menyeleweng dari adat.

v  Memberlakukan hukuman yang merujuk pada sistem hukum yang ada.

 

Kelompok Terhadap Kelompok

Negara negara industri maju mengendalikan perekonomian negara negara berkembang

Kelompok organisasi partai di daerah dikendalikan oleh dewan pengurus pusat (DPP)

 

Kelompok Terhadap Anggota Anggotanya

Asosiasi pedagang kaki lima malioboro mengendalikan anggotanya untuk mentaati aturan yang dibuat

Pemerintah kota yogyakarta mengendalikan pegawainya untuk memakai pakaian batik pada hari tertentu

 

Individu Terhadap Individu Lainnya

Ibu mengendalikan seorang anaknya untuk belajar agar naik kelas

Instruktur mengendalikan dan memberi instruksi kepada calon pilot dalam penerbangan perdana

 

Pengendalian Persuasif

Pengendalian dengan cara membimbing, menghimbau, menyarankan, mengarahkan pada perilaku tertentu

Contoh: untuk mengurangi kecelakaan, para penggunakan sepeda motor disarankan menyalakan lampu di siang hari

 

Pengendalian Koersif

Pengendalian dengan cara memaksa atau mewajibkan untuk melakukan atau mentaati perilaku tertentu

Bentuk pengendalian koersif berupa kompulsi (paksaan) dan pervasi (pengisian)

 

Pengendalian Sosial Dengan Institusi

Pengendalian melalui lembaga yang ada: lembaga pendidikan, hukum, agama, politik, eokonomi, keluarga

Contoh: perampok ditangkap, dipenjara oleh polisi dan lembaga pengadilan

Contoh: direkal dari dpr karena melanggar aturan partainya

Pengendalian Sosial Non Institusi

 

Cara pengendalian di luar institusi yang ada

Pengendalian ini sering berciri tidak terkendali, kekerasan, tanpa dasar atau wewenang

Contoh: sekelompok massa melakukan pemukulan terhadap pencopet. Membuat efek jera pencopet lain.

 

Pengendalian Lisan, Simbolik, Kekerasan

Cara lisan dan simbolik  adalah cara persuasif

Lisan: dengan bashasa verbal, mengajak, membujuk, membimbing untuk mentaati hal tertentu

Simbol: dengan spanduk, poster, baliho atau media simbol lainnya

 

Kekerasan (koersif): dengan tindakan nyata misal fisik, penyitaan, denda dsb

Pengendalian Dengan Reward And Punishment

Reward: bersifat persuasif dan memotivasi, misal pemberian hadiah bagi siswa yang dinilai paling disiplin di sekolah

Punishment: bersifat represif, menghukum pelanggar, siswa membolos dihukum skorsing

 

Pengendalian Formal Dan Informal

Pengendalian formal: pengendalian oleh lembaga lembaga resmi kepada annggotanya. Contoh: perusahaan mengatur hak dan kewajiban karyawan

Pengendalian informal: pengendalian oleh kelompok kecil, akrab, tidak resmi. Misal: pengendalian sosial di lingkungan keluarga, kelompok bermain, teman sebaya dsb.

 

Pengendalian Dg Cara Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses mempelajari, memahami, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat

Suatu kelompok apabila anggotanya bisa dikendalikan dan mentaati aturan maka harus dibiasakan dan dikenalkan dengan nilai dan norma yang berlaku

 

Pengendalian Melalui Tekanan Sosial

Psikologi: seseorang cenderung mengekspresikan pernyataan pribadinya seirama atau sesuai dengan pandangan kelompoknya (kelompok penekan individu)

Contoh: seorang anak bukan perokok menjadi perokok setelah bergabung dengan teman temannya yang perokok

 

 

 

Social Stratification

 

Social Stratification

Adalah pembedaan masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya.

  • Age stratification
  • Sex stratification
  • Religious stratification
  • Ethnic stratification
  • Racial stratification
  • Educational stratification

 

Fungsi Kemiskinan

  1. Keberadaan kemiskinan menjamin ‘pekerjaan kotor’ masyarakat
  2. Kaum miskin dipekerjaan untuk pekerjaan upah rendah
  3. Menciptakan pekerjaan bagi sejumlah profesi yang melayani kaum miskin
  4. Memperpanjang usia barang-barang yang tidak lagi diinginkan oleh masyarakat kelas atas
  5. Kaum miskin diidentifikasikan dan dihukum sebagai orang yang menyimpang shingga memperkuat legitimasi norma norma konvensional
  6. Kaum miskin menawarkan impian bagi sebagian penduduk sebagai kelompok yang menikmati hal-hal seperti prilaku menyimpang, kecanduan alkohol, narkoba
  7. Kaum miskin melayani fungsi kebudayaan  yang dibentuk oleh mereka seperti blues, the beatles, dll
  8. Kemiskinan menjamin status sosial kaum borjuis
  9. Kaum miskin membantu memajukan kelompok di atas mereka.

10. Kaum miskin membantu para aristokrat yang sibuk untuk mendukung kelanjutan keberadaannya.

11. Kaum miskin  tidak memiliki upaya sehingga dapat dipaksa untuk menerima pemberontakan, perubahan dan ketimpangan

12. Kaum miskin memfasilitasi dan menstabilkan proses politik Amerika

13. Kaum miskin sangat menunjang norma-norma konvensional secara signifikan

 

Dasar-dasar pembentukan stratifikasi

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.

  • Ukuran kekayaan
  • Ukuran kekuasaan dan wewenang
  • Ukuran kehormatan
  • Ukuran ilmu pengetahuan

 

 

 

 

Sex and Gender

 

Different sex and gender

sex refers to the biological difference between men and women, the result of differences in the choromosomes of the embryo – about biologis aspect

Gender is the psychological, social, and cultural differences between males and females

 

Nilai Gender dapat dipertukarkan :

  1. ada lelaki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa.
  2. perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi pada jaman yang lain ditempat yang berbeda lelaki yang lebih kuat.
  3. dari kelas ke kelas masyarakat yang lain juga berbeda. Pada perempuan kelas bawah di pedesaan pada suku-suku tertentu lebih kuat dibandingkan kaum lelaki.

 

Gender dan Sosialisasi

Agen sosialisasi : Keluarga, kelompok bermain, sekolah, media massa

On becoming male : colors, clothing and toys

 

Gender dan Stratifikasi

  • Perspektif Konflik.

Randal Collins (Jeffries, 1980:198) mengatakan bahwa kepemilikan alat produksi memungkinkan kelas yang satu mengeksploitasi kelas yang lainnya. Pada umumnya kelas yang berkuasa itu adalah laki-laki. Ini berarti laki-laki mendominasi wanita berdasarkan kepemilikan alat-alat produksi. Dalam masyarakat tradisional di mana pemanfaatan teknologi masih rendah tidak ada pembagian kerja yang signifikan antara laki-laki dengan wanita, namun tidak demikian halnya menurut Collins dalam masyarakat modern. Masyarakat modern lebih kompleks dan ekonomi pada umumnya dikuasai oleh kaum laki-laki. Ekonomi merupakan sumber dari kekuasaan. Oleh karena perempuan kurang memiliki akses terhadap ekonomi secara signifikant, maka kontrol laki-laki terhadap perempuan tidak dapat dihindari lagi. Perempuan dalam hal ini tidak memiliki kekuasaan.

 

  • Perspektif Fungsional

Stratifikasi seksual merupakan sesuatu yang seharusnya bagi organisasi keluarga dn integrasi masyarakat yang lebih luas. Pembedaan antara laki-laki sebagap pencari nafkah dan perempuan sebagai isteri rumahan menyumbang kohesi sosial, kemurnian peran, dan penyelesaian tugas-tugas penting kemasyarakatan. Perspektif ini lebih jauh mengemukakan bahwa keluarga merupakan suatu institusi vital penting yang menyumbang integrasi sosial karena perannya memelihara anak, mempertahankan kelangsungan hidup dan sosialisasi kepada anak-anak.

 

Ketidakadilan Gender

  1. Subordinasi

Suatu penilaian bahwa suatu peran dinilai   dan dianggap lebih rendah dari peran yang lain

Subordinasi Gender Perempuan dapat dilihat :

  • Masih sedikitnya perempuan yang bekerja dalam peran pengambil keputusan dan menduduki peran penentu kebijakan
  • Adanya status perempuan sebagai jenis kelamin yang lebih rendah dibandingkan laki-laki
  • Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dibayar sebagai pekerja lajang dengan anggapan setiap perempuan mendapatkan nafkah yang cukup dari suaminya
  • Di beberapa perusahaan terdapat aturan dimana gaji perempuan mendapat potongan pajak lebih tinggi, karena dianggap sebagai pekerja lajang, meskipun secara de facto harus menafkahi keluarga

 

  1. Marjinalisasi

Suatu proses peminggiran peran ekonomi seseorang atau semua  kelompok yang mengakibatkan proses pemiskinan.

Proses Marjinalisasi dapat dilihat dari :

  • Apakah kinerja perempuan dalam rumah tangga (domestik) dinilai sama dengan pekerjaan publik ?
  • Apakah perempuan memiliki akses yang sama terhadap sumber ekonomi, pemanfaatan waktu dan pengambilan keputusan?
  • Apakah perempuan memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan kariernya?
  • Apakah perempuan mendapatkan dorongan atau setidaknya kebebasan kultural dan politik untuk memilih kariernya dibandingkan dengan rumah tangga tanpa ada sanksi sosial?
  • Apakah perempuan secara de facto menerima upah sama dengan upah rekan sekerjanya yang laki-laki untuk jenis pekerjaan yang dinilai setara?
  • Apakah perempuan mendapatkan kesempatan sama masuk ke lapangan pekerjaan apapun dan dimanapun tanpa pembedaan yang disebabkan oleh kemampuan reproduksinya
  • Apakah perempuan tetap dipertahankan sebagai tenaga kerja meskipun perusahaan sedang mengurangi pekerjanya
  • Apakah perempuan diakui di depan hukum setara pria dalam hal memperoleh waris, harta gono gini dan sejenisnya?
  1. Beban Ganda

Masuknya perempuan di sektor publik tidak senantiasa diiringi  dengan berkurangnya beban mereka di dalam rumah tangga perempuan mendapatkan multi peran  sekaligus multi beban :

  1. Di rumah menjalankan peran reproduksi berupa pemeliharaan keluarga dan pengasuhan
  2. Di tempat kerja menjalankan peran produksi
  3. Di komunitas menjalankan peran pengelolaan komunita
  1. Kekerasan,Peran gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Pembedaan karakter dan anggapan gender perempuan itu feminin, lemah, dan lain-lain sering memunculkan tindak kekerasan baik sexual ataupun kekerasan lainnya.

    Pelaku kekerasan mulai dari individu, institusi keluarga, masyarakat bahkan negara. Akibatnya pelaksanaan pembangunan sering mengabaikan hak perempuan dan bias gender

  2. Stereotype, adalah pemberian label atau cap yang dikenakan kepada seseorang atau suatu anggapan yang salah atau sesat. Pelabelan umumnya dilakukan dalam hubungan sosial atau lebih dan seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan sebuah tindakan dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Pelabelan juga menunjukkan adanya relasi yang tidak seimbang. Pada umumnya pihak yang lebih kuat atau dominan dapat leih punya daya dalam membangun stereotype pihak lainnya

One thought on “Sosiologi”

Leave a comment

“Because even the smallest of words can be the ones to hurt you, or save you.” ― Natsuki Takaya